• Susan Susanti, S.Pd.
  • Bahasa
  • 2021-01-18 11:03:05

Dinamika kehidupan manusia yang terus berkembang pesat kini memasuki babak baru, yaitu babak peradaban modern. Berkembangnya media massa sebagai jendela informasi masyarakat serta kecanggihan teknologi, mampu merubah gaya hidup manusia yang tidak lagi mengandalkan cara hidup tradisional. Tentulah peradaban seperti ini, sedikit banyaknya menggerus nilai-nilai kebudayaan lama. Lambat laun, berbagai macam warisan kebudayaan seperti kesenian, alat musik, bahasa daerah, sampai pada permainan tradisional pun mulai ditinggalkan dan menjadi hal yang asing di negeri sendiri.

Modernisasi ini mempengaruhi stabilitas kebudayaan di berbagai daerah, termasuk kebudayaan Sunda. Kebudayaan asli masyarakat Jawa Barat ini semakin lama semakin tergilas. Sungguh disayangkan, padahal kebudayaan Sunda itu banyak mengandung nilai-nilai filosofis dan termasuk salah satu kebudayaan tertua di Indonesia. Berbagai unsur kebudayaan Sunda sebenarnya sangat potensial bahkan masih banyak yang belum tereksplor. Sebut saja permainan-permainan tradisional seperti sorodot gaplok, perepet jengkol dan jajangkungan. Atau alat musik tradisional seperti kecapigambang, saron, dan boning. Serta makanan khas Sunda seperti surabi, ranginang, dan opak tampaknya belum mendapat perhatian yang serius.

Pudarnya pesona kebudayaan Sunda ini terjadi karena masyarakatnya silau dengan kebudayaan asing yang dikemas sedemikian rupa, sehingga menimbulkan rasa gengsi dan tidak percaya diri dengan kebudayaan sendiri. Lebih memprihatinkannya lagi, munculnya berbagai persepsi negatif seperti ketinggalan zaman, tidak gaul, atau wong deso-lah pada mereka yang masih mempertahankan kebudayaan Sunda. Contohnya, antara tarian jaipong yang dipandang sebelah mata dibandingkan dengan break dance yang tengah digandrungi anak muda.

Persepsi inilah yang sudah saatnya dirubah, bila kebudayaan asing dengan bebasnya menggunakan media massa untuk mempromosikan kebudayaannya. Mengapa masyarakat Sunda pun tidak melakukan demikian untuk meningkatkan minat mempelajari kembali kebudayaan daerah? Sulitkah hal itu? Haruskah terlebih dahulu kita menunggu kebudayaan Sunda yang kita miliki diklaim bangsa lain? Tentunya peran masyarakat serta pemerintah dalam hal ini, harus saling mengisi. Pemerintah yang mempunyai akses serta kewenangannya, sesegera mungkin menghak patenkan semua warisan kebudayaannya dan memberikan fasilitas kepada masyarakat untuk berkarya dan melestarikan kebudayaan tersebut. Tidak hanya berupa tempat, namun dukungan finansial yang sejauh ini kurang dirasakan masyarakat.

Kehidupan modern ini memang tidak bisa dilepaskan begitu saja.Apalagi sampai menutup diri dari perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. Sejatinya manusia butuh kehidupan yang layak yang sesuai dengan perkembangan zaman. Namun, tidak semestinya melupakan kebudayaan daerah atau merasa gengsi dengan kebudayaan asli. Apalagi kebudayaan tersebut mempunyai nilai manfaat dan filosofisnya. Inilah yang perlu disadari, tidak selamanya bangsa ini bisa hidup hanya mengandalkan dari sumber daya alam saja. Hasil-hasil bumi ini sekarang sudah sangat menipis, apalagi setelah terjadinya berbagai macam musibah yang semakin menggerus kekayaan alam. Lalu apa yang akan kita wariskan kepada anak cucu kita kelak bila misalkan hasil bumi sudah habis dan kebudayaan daerah pun punah?

Sumber : https://www.kompasiana.com/pipin/5500993fa33311ef6f511973/kebudayaan-sunda-di-tengah-terpaan-modernisasi

Add comment

Jl.Lingkar Utara Bekasi Kel. Perwira Kec. Bekasi Utara (sebelah BSI Kaliabang) Raya Bekasi KM.27 Pondok Ungu

Email : admin@smktarunabangsa.sch.id

Pengumuman

© 2024 SMK Taruna Bangsa Kota Bekasi. All Rights Reserved.