• Susan Susanti, S.Pd.
  • Bahasa
  • 2020-01-19 19:11:03

Salah satu bahasa daerah yang ada di Indonesia adalah bahasa Sunda yang dituturkan oleh orang Sunda, baik yang tinggal di provinsi Jawa Barat, maupun di luar provinsi itu. Sugiyono, Kepala Pusat Pengembangan dan Perlindungan Bahasa Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI mengatakan bahwa pada 2012, terdapat 726 bahasa daerah di Indonesia. Di antara ratusan bahasa daerah itu, bahasa Sunda menduduki posisi kedua sebagai bahasa daerah yang paling banyak penuturnya, yakni sebanyak 34 juta penutur. Hal tersebut juga disambut dengan fakta bahwa penggunaan bahasa Sunda menembus batas-batas geografis, administratif, dan genealogis. Seperti halnya pakar Kesundaan asal Jepang, Mikihiro Moriyama. Kang Miki, sapaan akrabnya, adalah akademisi yang fokus terhadap studi Kesundaan. Selain fasih menggunakan bahasa Sunda, Ia juga banyak menelurkan karya tentang Sunda, salah satunya adalah buku berjudul Semangat Baru Kolonialisme Budaya Cetak, dan Kesastraan Sunda Abad ke-19 (2013).

Fenomena ini bagaikan dua sisi mata uang yang saling berlawanan. Dimana sebagai orang Sunda khususnya atau Indonesia umumnya, patutlah berbangga karena ada orang asing yang mau mempelajari bahasa dan budaya Sunda atau indonesia, namun di sisi lain kita patut mawas diri dan prihatin, karena sudah sejauh mana kita mengimplementasikan bahasa dan budaya Sunda yang kita banggakan?

Sebagai bahasa daerah yang penuturnya terbanyak kedua di Indonesia setelah bahasa Jawa, bahasa Sunda tetap rentan akan kepunahandan ditinggalkan oleh generasi 4.0, karena angka tersebut kian menurun. Menurut Kepala Sub Bagian Kebudayaan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Jawa Barat, Juanda, pada 2015 penggunaan bahasa Sunda di kalangan mahasiswa masih kalah populer dibandingkan penggunaan bahasa asing. Kemudian, peneliti Balai Bahasa Jawa Barat (BBJB), Ade Mulyanah, juga mengatakan bahwa tahun 2013, hanya 40% pemuda di Jawa Barat yang mengetahui dan bisa menggunakan bahasa Sunda dalam percakapan. Ironisnya, angka itu didapatkan dari hasil survei anak yang memiliki orangtua asli Sunda. Fenomena ini membuat bahasa Sunda layak disebut “bukan bahasa biasa”, karena penutur yang banyak tidak menjamin eksistensinya akan terus bertahan.

Setidaknya terdapat dua fungsi bahasa, yakni fungsi linguistik dan fungsi kultural. Fungsi linguistik menunjukkan bahwa bahasa adalah alat untuk menyampaikan gagasan atau pesan kepada lawan bicaranya sedangkan fungsi kultural menunjukkan bahwa bahasa berkaitan dengan sistem sosial dan kebudayaan masyarakat dalam kehidupan sehari-hari. Melihat realita yang terjadi saat ini, permasalahan bahasa Sunda terletak pada kedua fungsi bahasa itu. Bahasa Sunda mulai jarang digunakan sebagai media komunikasi, dan juga tidak lagi menunjukkan jati diri penuturnya dalam kehidupan sosial.

Kurikulum 2013 yang berlaku bagi siswa sekolah dasar (SD) dan sekolah menengah (SMP dan SMA) saat ini tidak mencantumkan bahasa daerah sebagai mata pelajaran muatan lokal. Hal ini yang menjadi dasar bagi Forum Peduli Bahasa Daerah se-Indonesia untuk melakukan desakan kepada panitia kerja Kurikulum Komisi X DPR RI, Utut Adianto, guna mempertimbangkan keputusan tersebut saat masa awal pemberlakuannya. Forum itu menegaskan bahwa pelajaran bahasa daerah perlu berdiri sendiri, tidak diintegrasikan dengan pelajaran seni dan prakarya. Namun sayangnya, pelajaran bahasa daerah tetap diintegrasikan dengan pelajaran lain sehingga porsi pengajarannya berkurang.

Bahasa Sunda secara perlahan-lahan mulai meninggalkan orang Sunda. Masyarakat Jawa Barat sebagai penutur terbanyak bahasa Sunda seharusnya waspada akan eksistensi bahasa Sunda. Apakah bahasa Sunda akan punah dan meninggalkan penuturnya?

Add comment

Jl.Lingkar Utara Bekasi Kel. Perwira Kec. Bekasi Utara (sebelah BSI Kaliabang) Raya Bekasi KM.27 Pondok Ungu

Email : admin@smktarunabangsa.sch.id

Pengumuman

© 2024 SMK Taruna Bangsa Kota Bekasi. All Rights Reserved.